Jomblang,
merupakan nama gua vertikal yang terletak di daerah Gunung Kidul Yogyakarta.
Goa ini memiliki ketinggian 40 sampai dengan 80 meter dan terdapat hutan purba
yang rapat di dasarnya. Karena keunikan
dan keindahannya, saya dan teman saya pun memilih dikjut pertama kami di gua
ini. Kami berangkat dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM pukul 19.45 WIB.
Perjalanan menuju tempat tujuan pun tak mulus, kami harus melewati jalan yang
cukup sempit, terjal dan gelap karena kebetulan kita berangkat pada malam hari.
Perjalanan ke goa Jomblang memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai di
tempat tujuan. Mungkin sudah menjadi hukum alam, semakin sulit dijangkau dan
semakin besar pengorbanan akan
berbanding lurus dengan hasilnya. Kami tiba di Resort Jomblang Cave tepat pada
pukul 21.56 WIB. Karena sudah terlalu larut kami pun bersiap-siap untuk
beristirahat di pendopo yang telah disediakan.
Kami
bangun pukul 03.30 pagi dan bersiap untuk bersih-bersih badan. Setelah itu kami
mulai mengecek semua alat dan tali yang akan digunakan untuk caving. Tuntas
pengecekkan, kamipun bergegas untuk sarapan dan dilanjutkan memakai baju yang
digunakan untuk caving atau biasa disebut coverall,
helm dan sepatu boot. Pada pukul
07.30 pagi, kami mulai berjalan kaki dari pendopo menuju tempat yang akan
digunakan untuk turun. Pemandangan hijau yang indah menyambut kedatangan kami,
namun besarnya mulut goa yang menganga sedikit membuat saya deg-degkan.
Petualangan menuju perut bumi pun dimulai. Karena beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan kami mengambil jalur dengan lintasan terpendek atau biasa
dikenal dengan jalur VIP. Kami mulai membuat engker dan memasang tali pada
jalur tersebut. Kira-kira 15 meter pertama dari teras jalur VIP ini merupakan slope yang masih bisa ditapaki oleh
kaki. Setelah itu dilanjutkan dengan turun secara vertikal dengan tali
kira-kira sepanjang 20 meter untuk sampai di dasar gua.
Tepat
pukul 12.30 siang, kami semua sudah berada di dasar gua Jomblang. Setelah
beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan untuk menyusuri indahnya goa
Jomblang. Hutan yang tumbuh di dalamnya ternyata memiliki beberapa tumbuhan
yang langka, ada yang bilang itu merupakan tumbuhan purba yang sudah punah. Di
sini terdapat tumbuhan yang menyerupai daun seledri besar dan juga terdapat tumbuhan cabe
berwarna merah dengan ukuran yang cukup besar juga. Sambil menelusuri hutan di
Goa Jomblang, kami pun dibekali kompas, kompas klino dan meteran untuk
melakukan mapping. Mapping adalah
cara bagaimana kita mendapatkan gambaran bentuk gua dengan melihat sudut
derajat, ukuran serta kemiringannya, dan itu merupakan salah satu tugas dari
dikjut kami ini.
Pengalaman
pertama memasuki goa Jomblang ini gelap, lembab dan cukup berlumpur sehingga
membuat kami agak kesulitan melangkah. Karena mulai masuk ke dalam semakin
gelap, kami pun hanya mengandalkan headlamp
untuk membantu penglihatan dan juga mapping.
Tak hanya itu, karena ukuran goa yang sangat lebar membuat kami kewalahan
dalam melakukan mapping, namun hal
itu tidak menyurutkan niat kami untuk menjelajahi indahnya dunia perut bumi
tersebut.
Ternyata
waktu berjalan lebih cepat dari pada penelusuran kami. Jam sudah menunjukkan
pukul 15.30 sore, akhirnya kami sudahi perjalanan kami. Sebenarnya kami masih
ingin menuntaskan perjalanan kami sampai di dasar goa grubbuk, yang katanya
terdapat aliran sungai yang cukup deras dan keindahan cahaya surga yang tak
terbantahkan. Jomblang dan Grubbuk di hubungkan dengan sebuah lorong sepanjang
300 meter menurut sumber disalah satu media cetak. Aneka ornamen cantik turut
menghiasi sepanjang lorong ini. Namun karena saat ini merupakan musim
penghujan, membuat kami mempercepat langkah untuk naik ke atas agar tidak
terlalu sore dan disambut oleh air hujan. Meski kecewa tidak sampai Grubbuk
namun kita senang, karena setidaknya sudah menjelajahi hutan dan sempat melihat
cantiknya ornamen di lorong goa.
Semua
anggota yang ikut turun ke goa sampai atas sekitar pukul 17.45 sore menjelang
maghrib. Rasanya capek dan perut mulai bergemuruh. Secepatnya kita langsung
membersihkan badan, setelah itu anggota yang masih tinggal di atas dan tidak
ikut turun telah mempersiapkan hidangan yang luar biasa. Kami pun menyambut
santapan spesial itu dengan senang hati. Setelah makan kita langsung packing dan mengecek peralatan kembali.
Kemudiaan pada pukul 19.25 malam, kita pamit pada penjaga resort dan kepala
dukuh yang telah memberi izin kami. Setelah itu langsung menuju FKH UGM
tercinta. Sungguh perjalanan dikjut yang luar biasa dan tentunya tak memberikan
rasa kapok untuk menelusurinya kembali.